Begini rasanya jadi responden...

Tahun lalu merasakan kena updating-listing SUSENAS.
Hari ini mencicipi sebagai responden SUSENAS "Swasta".

Begini cerita nya, (nama pencacah dirahasiakan, menjaga kode etik perstatistikan) :

Sebut saja "teteh" seorang wanita muda, dari balik pagar dia menyapa, apakah bersedia untuk dicacah SUSENAS (Survey Sosial Ekonomi Nan Swasta) ?

Boleh-boleh saja. Ada surat tugas? Teteh ini bilang "ada", dia dari lembaga survey swasta d****l. Wawancara akan dilakukan di teras saja karena responden sedang setengah makan siang ketika dia datang, jangan sampai teteh ini menanyakan lauk makan siangnya dengan apa? Sebab ke dua adalah ukuran kamar kos yang cuma 9 atau 3 x 3 serta penuh dengan barang-barang rahasia :), tidak mungkin juga 2 insan non muhrim tanpa pengawasan (kecuali pengawasan Yang Maha Kuasa) bercakap-cakap di ruang mini ini. Nanti berabe urusannya dengan Ummu Raadhiyah Rawyanil 'afifah, punten nyak ummi, ini murni profesional kok.

Akhirnya makan siang yang tinggal sepertiga dihentikan, tidak enak tetehnya menunggu terlalu lama. Wawancara pun dimulai, si teteh memperkenalkan namanya yang sebenarnya dan memperlihatkan surat tugasnya. Keren eui, surat tugasnya pun sampai di press laminating segala. Yang lebih keren lagi, wawancara ini bukan lah wawancara konvensional melainkan wawancara insyaallah syariah dan full technology. Tool nya adalah tablet smartphone dengan aplikasi, GPS, dan perekam suaranya. Data yang dikumpulkan berupa data yang dientri langsung di aplikasi, data koordinat dari GPS, dan rekaman percakapan selama wawancara. Data-data ini langsung dikirimkan secara online ke server mereka. Full 100 persen wawancara ini paper less. Luar biasa, setuju nggak kalau ini dinamakan "wawancara jaman now" :).

Item-item pertanyaan yang ditanyakan hampir sama dengan SUSENAS "Nasional", seperti : pekerjaan, keluarga, pendapatan, pengeluaran makanan (nasi, snack, minuman), pengeluaran non makanan (sewa kos, rokok, asuransi, bensin, ongkos angkot, pemeliharaan mobil, dll), utang, investasi, pendapatan lain-lain, dan sebagai nya. Secara konsep mendekati 40 persen konsep SUSENAS "Nasional".

Tidak terasa sudah 30 menit wawancara berjalan. Masih ada satu blok terakhir tentang identitas responden. Biasanya blok identitas di depan, tetapi untuk survey ini di belakang, bagian akhir. Blok terakhir ini membutuhkan waktu sekitar 5 menit.
Pertanyaan habis, bayangan responden tetehnya mungkin cuma akan menekan tombol "simpan" atau "kirim" aja lagi. Disini lah muncul masalah, setelah tombol terakhir ditekan, aplikasi loadiiiig berputar-putar lama sekali, diakhiri dengan sebuah pesan error. Dilihat sinyal sih lancar-lancar aja. Apa yang terjadi?

Ternyata aplikasi eror, data wawancara selama kurang lebih 35 menit tadi tidak tersimpan dan tidak terkirim juga ke server.
Dengan legowo responden mempersilahkan untuk wawancara lagi aja. Teteh nya dengan wajah kemerahan-merahan merasa sungkan mengulangi wawancara. Kecepatan wawancara ke dua ini sedikit meningkat, dalam waktu 25 menit wawancara selesai. Tombol terakhir ditekan...... dan muncul lagi pesan error.

Qadarullah, wawancara ke dua gagal lagi. Sementara waktu sudah mau dekat magrib. Terpaksa wawancara dihentikan, dan bisa diulangi lagi besok siang menjelang ashar. Banyak-banyak sabar aja teh. Walaupun wawancara gagal total, responden tetap diberikan cinderamata survey, sebuah goodiebag.

Percakapan terakhir, pengakuan dari responden "pekerjaan saya seperti teteh, tapi yang pemerintah punya". Tetehnya kaget "saya juga mitra pak, kemaren saya ikut listing sensus ekonomi yang gelombang pertama"... :)

Mungkin berikut bisa sebagai pertimbangan buat instansi responden yang juga mulai melakukan pencacahan dengan smartphone, kalau nggak salah istilahnya "CAPI"... :
1. Pastikan ada sinyal
2. Ada database lokal di smartphone
3. Lokasi responden di awasi dengan koordinat GPS
4. Pembicaraan selama wawancara direkam dan dikirimkan.
5. Cinderamata buat responden, nuhun.

Bukan hoax, bukti terlampir!

Komentar

Postingan Populer